CARA MEMULAI USAHA BETERNAK ITIK

 CARA MEMULAI USAHA BETERNAK ITIK




Abstrak

notlern.com , Beternak merupakan tindakan bisnis yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan secara langgeng. Oleh karena itu harus direncanakan dengan baik sebelum mulai beternak. Banyak hal yang harus dipikirkan sebelum mulai beternak, sekalipun hal yang paling sederhana untuk suatu peternakan kecil, tetap perlu adanya pemikiran yang matang. Beternak itik dapat dijadikan pilihan untuk dijadikan sebagai usaha. Beternak itik dirasakan lebih menggiurkan dibandingkan dengan beternak unggas yang lain. Alasan utamanya adalah cara pemeliharaannya yang lebih mudah. Untuk mencapai keberhasilan, perlu adanya perencanaan yang sangat matang sebelum memulai usaha. Peternak harus mempunyai pengetahuan dan informasi yang memadai tentang apa yang akan menjadi usahanya. Peternak harus mampu menentukan tujuan, jalur pemasaran, jenis itik, jumlah itik, dan lokasi yang tepat untuk peternakannya.

Kata Kunci: Beternak, Itik, Usaha.



PENDAHULUAN


            Beternak merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang ada di pedesaan. Banyak yang beternak dengan tujuan sekedar memanfaatkan lahan kosong atau hobi serta sebagai usaha untuk memenuhi standar gizi keluarga. Namun dalam perkembangannnya hingga saat ini, tidak sedikit orang beternak dengan tujuan ekonomi, yaitu untuk memperoleh keuntungan finansial. Sebagai alternatif usaha, beternak itik merupakan salah satu sektor pertanian yang digemari dan dapat dijadikan pilihan.

           Itik adalah jenis unggas yang dapat diambil telur dan dagingnya. Itik juga termasuk unggas yang sangat tahan terhadap penyakit. Di samping itu, pemeliharaannya lebih mudah dibandingkan dengan pemeliharaan ayam ras atau ayam kampung, sehingga wajar saja jika pemeliharaan itik banyak dipilih. Namun harus disadari juga bahwa beternak itik merupakan hal yang gampang-gampang susah. Memang lebih gampang dari berternak ayam, tetapi tergolong susah jika produktivitas telur selama masa pemeliharaan menjadi ukuran.

            Banyak sejumlah pendatang baru dalam usaha ternak itik tidak kunjung berhasil. Sebagian malah ada yang gagal atau sekedar bertahan. Sebagian lagi memang mencatat prestasi yang gemilang. Hal itu membuktikan bahwa sebelum beternak itik, peternak harus melengkapi diri dengan pengetahuan dan informasi yang memadai. Berdiskusi dan berkonsultasi dengan praktisi atau orang yang lebih berpengalaman sebisa mungkin dilakukan terlebih dahulu.

Selain pengetahuan yang memadai, satu hal yang juga tidak kalah pentimg adalah semangat kerja dan pantang menyerah. Semangat dan pantang menyerah dalam menghadapi suatu masalah dalam beternak. Walaupun beternak itik memiliki resiko kegagalan yang relatif kecil, namun pasti tetap ada masalah-maslah yang akan datang. Seorang peternak harus mampu mengatur dan mengupayakan agar setiap masalah-masalah bisa diatasi dengan baik.



PEMBAHASAN


A.  Tujuan Beternak Itik

Langkah pertama yang harus dipikirkan adalah bertanya pada diri sendiri, “apakah saya pecinta binatang?” Peternak harus mempunyai rasa sayang kepada binatang dan senang merawat binatang. Tanpa adanya rasa kasih sayang dan senang terhadap suatu binatang, ada kemungkinan peternakan tersebut tidak akan berhasil.

Kemudian yang perlu ditanyakan dalam diri sendiri sebelum mulai beternak adalah “Mengapa saya beternak itik?”.

Menurut M. Rasyaf (1993:31), ada beberapa tujuan yang dicapai, yaitu:

1.  Untuk menghasilkan uang. Dalam hal ini beternak menjadi sumber pendapatan dan tempat keluarga menggantungkan hidupnya. Tujuan macam ini sudah ada sejak awal tahun 1990-an. Karena itik memang dapat diandalkan untuk sumber penghasilan. Bila tujuan ini hendak dicapai, maka tekad bulat sebagai seorang pengusaha agribisnis benar-benar harus dipegang. Ini mempunyai makna bahwa kelak dalam beternak prinsip-prinsip manajemen dan bisnis harus diterapkan.

2.  Hanya sekedar mengisi waktu luang. Misalnya para pensiunan atau yang menjelang akhir masa tugas. Bahkan banyak peternakan kini yang mula-mula berawal dari tujuan ini. Bila ini tujuannya, itik yang dipelihara cukup beberapa puluh ekor saja. Jumlah 400 ekor sudah maksimal untuk mengisi waktu luang dan itu cukup memberikan nilai manfaat yang berguna untuk menutup tenaga yang telah dikeluarkan. Walaupun hanya untuk menutupi waktu yang berlebih, peternakan kelak tetap harus dikelola dengan serius.

3.  Untuk memanfaatkan tanah yang tidak terpakai. Tanah di lokasi yang bagus untuk peternakan dimanfaatkan untuk beternak itik. Tanah kosong ini umumnya ada di pinggiran kota yang sifatnya sebagai “tabungan”. Daripada kosong dan lokasinya ada di pinggiran kota atau di luar kota, gunakanlah untuk peternakan. Banyak juga peternakan yang berasal dari hal ini.


Banyak peternak kecil yang tidak mempunyai tujuan yang jelas. Apapun tujuannya, agar mampu menghasilkan keuntungan secara langgeng, perlu adanya perencanaan yang baik sebelum mulai beternak. Setelah ada kebulatan tekad untuk beternak itik, langkah selanjutnya adalah mencari siapa yang nantinya akan membeli telur itik tersebut. Ini juga perlu dipikirkan sebelum peternakan itik dibangun.


B.  Jalur Pemasaran Telur

Sebelum peternakan dibuka perlu diketahui dahulu kemana nantinya telur-telur itu akan dijual. Hal ini agar mempermudah pemasaran telur nantinya dan menjualnya pada jalur yang tepat. Salah memilih jalur tentunya akan membawa kerugian.

Menurut M. Rasyaf (1993:35), jalur pemasaran telur itik ada beberapa langkah dan berdasarkan perannya dapat diuraikan sebagai berikut:

1.  Pedagang pengumpul, umumnya langsung datang ke petrnak dan peran mereka begitu kekeluargaan.  Harga yang disepakati juga harga peternak atau farm gate price  yaitu harga di peternak yang sudah tentu lebih rendah daripada harga eceran di pasar. Harga yang disepakati atau yang ditawarkan begitu rendah atau 40% hingga 63% dibawah harga eceran.

2.  Pedagang besar, mereka ini yang mengumpulkan telur dari para pedagang pengumpul itu.  Di beberapa tempat peran mereka ini sudah memudar karena banyak pedagang pengumpul yang langsung menjual telur-telur itu kepada pedagang eceran. Harga yang ditawarkan 30% hingga 47% di bawah harga eceran.

3.  Pedagang eceran, yaitu mereka yang berhadapan langsung dengan konsumen akhir dan tidak selalu pedagang kecil yng berlokasi di kaki lima. Jajaran pedagang eceran inidapat berupa pasar swalayan, toko pangan atau restoran. Harga yang ditawarkan pada tingkat jalur ini umumnya 15% hingga 23% lebih rendah daripada yang dikenakan pada konsumen akhir.


Dari ketiga jalur yang disebutkan diatas, harus dipikirkan jalur mana yang akan dipakai. Ada baiknya juga dilakukan riset pasar dan bertanya pada mereka yang lebih berpengalaman dalam beternak itik. Riset pasar dilakukan untuk mengetahui banyak hal, antara lain yaitu untuk mendeteksi perubahan selera konsumen, menduga pangsa pasar, dan mengetahui jalur tataniaga yang tepat. Tidak harus terpaku dengan 1 jalur, bisa juga menggunakan kombinasi dari ketiga atau kedua jalur tersebut.



C.  Jenis Itik yang akan Dipelihara

Setelah jelas telur akan dijual kemana, langkah berikutnya adalah perencanaan jenis itik yang akan dipelihara. Pengetahuan mengenai jenis-jenis itik sangatlah penting bagi peternak itik, sehingga nantinya dapat memilih itik mana yang tepat dan cocok untuk diternakkan sesuai dengan lingkungannya. Selain pengetahuan mengenai jenis-jenis itik, yang tidak kalah penting adalah pengetahuan tentang karakter itik, cara pemeliharaannya meliputi kandang, pakan, serta siklus produksinya.

Di Indonesia ini, ada beberapa jenis itik yang dikembangkan. Itik-itik  tersebut biasanya dinamakan sesuai dengan tempat pembudidayaannya. Beberapa diantaranya yaitu itik tegal, itik mojosari, magelang, alabio, bali, dan itik karawang atau cirebon. Setiap itik tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga semuanya dapat dijadikan pilihan.

Pada dasarnya ada dua macam itik yang dapat dipilih, yaitu itik Indonesia atau Indian  Runner dan itik Khaki Camphell. Itik Runner merupakan itik Indonesia yang dengan mudah diperoleh diperoleh di berbagai tempat di Indonesia sesuai dengan pengembangan daerahnya, itik Alabio dari kalimantan, itik tegal atau Itik Bali. Itik-itik ini bertelur dengan warna kulit telur biru kehijauan yang sudah biasa diterima oleh masyarakat di Indonesia. Itik ini mempunyai keinginan berenang yang cukup tinggi, tetapi dapat dipelihara tanpa kolam untuk berenang.

Pilihan kedua adalah itik  Khaki Campbell yang mempunyai warna kulit telur putih dan keinginan untuk berenang sangat kecil. Itik ini dapat diternakkan secara intensif atau dengan sistem kandang terkurung tanpa kolam untuk berenang. Itik ini dapat dipelihara di dalam kotak-kotak seperti ayam petelur.

Pemilihan itik yang akan dipelihara harus benar-benar berdasarkan hasil pantauan dari selera konsumen di pasar. Jangan sampai terbalik memesan bibit terlebih dahulu karena tergiur dengan kemampuan produksi telurnya, tetapi setelah banjir produksi telur kemudian baru bingung memikirkan akan dipasarkan dimana.


D.  Jumlah Itik yang Dipelihara

Setelah menentukan jenis itik yang akan dipelihara, maka langkah penting berikutnya adalah menentukan berapa jumlah itik yang akan dipelihara. Tentu saja jumlah terbaik adalah sebanyak-banyaknya sehingga mampu menghasilkan telur sebanyak-banyaknya juga. Namun demikian, peternak harus menyadari kemampuan dan kapasitasnya, baik menyangkut permodalan, luas lahan, maupun tenaga pelaksana. Faktor modallah yang akan menentukan jumlah itik yang akan dikelola.

Menurut pengakuan beberapa peternak di Tegal, jumlah itik sekitar 400 ekor dan harga telur sekitar Rp 600 dengan pakan utama berupa ikan pirik yang dibeli di pantai, sudah mencukupi. Penghasilan dari 400 ekor itik relatif mencukupi kebutuhan keluarga dan keperluan sekolah anak. Meskipun demikian, ada juga yang hanya memelihara sekitar 300 ekor, bahkan hanya 250 ekor. Semuanya memang tergantung dari modal yang siap diputar dan besarnya target keuntungan yang diinginkan (Redaksi AgroMedia, 2003: 19)

Menurut M. Rasyaf (1993:39), langkah-langkah aplikatif untuk menentukan jumlah itik yang akan dipelihara adalah sebagai berikut:

1.      Berdasarkan riset pasar, tentukan berapa total telur yang mungkin dapat dipasarkan. Kemudian ketahui frekuensi pengambilan atau penjualan telur itu, misalnya: 5600 butir per minggu. Frekuensi pengambilan atau penjualan telur itu harus jelas, apakah per minggu, per bulan, atau dua kali seminggu. Masalah ini akan berkaitan dengan jumlah itik yang akan dipelihara dan jumlah kandang yang harus dibangun. Sebab tidak semua itik bertelur setiap hari terus-menerus, sementara itu permintaan pasar harus dipenuhi. Kelak jumlah permintaan per satuan waktu akan diselaraskan dengan kemampuan produksi itik dikala ia bertelur.

2.      Lihat kemampuan bertelur itik itu, misalnya Itik Khaki Campbell sebanyak 350 butir. Karena tiap ekor hanya bertelur satu butir dan tidak semua bertelur, maka kemampuan bertelur itu dikalikan dengan 0,80 atau jumlah permintaan telur ditambah 20%.

Kembali pada contoh butir 1, permintaan telur 5600 butir per minggu. Jumlah yang harus dipenuhi perhari 5600 : 7 = 800 butir. Dari sini terlihat bahwa jumlah itik yang harus dipelihara paling tidak 800 ekor itik bertelur atau itik produktif. Tetapi karena tidak semua itik bertelur, tambahkan 20% dari jumlah itu, sebagai berikut:

                      0,20 x 800       = 160 ekor

160800            = 960 ekor

3.      Tambahkah lagi 10% dari jumlah terakhir dan itulah jumlah anak itik yang harus disiapkan untuk memenuhi permintaan telur. Dengan cara yang sama juga untuk kelompok kandang yang lainnya. Dari contoh pada butir 2 maka (960 x 0,10) + 960 = 1056 ekor atau dibulatkan menjadi 1100 ekor – pembulatan dilakukan ke atas karena suatu ketika mengukin saja ada sesuatu di luar rencana.


Apabila jumlah itik yang akan dipelihara sudah ditentukan, maka luas kandang yang harus dibuatpun sudah dapat mulai dihitung. Sebelum melangkah pada tahap pembuatan kandang atau peternakan, yang harus dirancang dahulu yaitu dimana peternakan akan dibuka.


E.  Lokasi Untuk Peternakan Itik

Lokasi untuk suatu peternakan itik tidak sama dengan lokasi untuk membangun perumahan. Untuk suatu peternakan dan juga industri umumnya memang harus menempati area tertentu yang telah ditetapkan atau yang memenuhi persyaratan untuk lokasi agribisnis. Artinya, lokasi harus memenuhi persyaratan teknis dan persyaratann bisnis sesuai dengan peruntukan tanah oleh penguasa setempat.

Menurut M. Rasyaf (1993:41), suatu lokasi untuk peternakan itik sebaiknya memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1.    Areal untuk peternakan itik harus jauh dari keramaian.Itik yang dipelihara itu memerlukan ketenangan dan lingkungan di sekitar peternakan juga perlu tenang. Ribuan ekor itik yang dipelihara itu akan menimbulkan suara yang tidak kecil. Umumnya lokasi untuk ini berada di luar kota.

2.    Lokasi untuk peternakan sebaiknya ada jalur transportasi dan sangat baik bila komunikasi juga lancar. Sebagai peternakan, jalur transportasi sangat penting. Karena umumnya peternakan ada di wilayah terpencil, paling tidak jalan tanah harus ada dan komunikasi dapat dengan radio SSB.

3.    Lokasi untuk peternakan itik sebaiknya dekat dengan sumber bahan baku, misalnya: dekat dengan pabrik makanan iti, dekat dengan tenaga kerja dan sumber daya lainnya. Di samping itu juga diharapkan dekat dengan daerah pemasaran. Bila keduanya tidak terpenuhi atau salah satunya tidak terpenuhi maka dapat dipilih daerah yang dekat dengan lokasi pemasaran.


Selain tiga syarat utama diatas, ada syarat yang lain yaitu: lokasi mudah untuk memperoleh air, tidak dekat lembah, dan sebisa mungkin tidak berbukit.

Setelah menemukan lokasi yang tepat untuk membangun peternakan, yang kemudian harus dipikirkan adalah mengenai perkandangan. Mempelajari segala aspek yang menyangkut kandang untuk beternak merupakan salah satu faktor penting bagi para peternak itik. Kandang bukan hanya sebagai tempat berteduh untuk itik, namun juga sebagai produktivitas itik yang dipelihara.

Sistem intensif atau semi-intensif harus dijadikan pilihan. Keduanya merupakan kandang yang benar-benar mendukung usaha. Kandang intensif bagi kebanyakan peternak belum mampu dipenuhi karena berkaitan dengan biaya bahan yang relatif tinggi atau mahal. Banyak pula dijumpai peternakan dengan sistem kandang semi-intensif. Kedua jenis kandang ini tidak menyediakan kolam sebagai tempat berenang bagi itik. Kolam hanya disediakan jika ada tujuan memproduksi telur tetas. Dalam usaha peternakan dengan tujuan menghasilkan telur, minuman untuk itik cukup ditempatkan di dalam ember plastik atau juga menggunakan kolam mini. Pada dasarnya, kandang semi-intensif sama dengan kandang intensif. Perbedaannya adalah di kandang semi-intensif disediakan halaman untuk melepas itik pada pagi hingga siang hari.

Menurut Redaksi AgroMedia (2003:32-33), secara sederhana kandang yang baik bisa dideskripsikan sebagai berikut:

1.      Kandang yang baik adalah kandang yang ada ventilasinya. Ventilasi berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara. Ventilasi ini sangat penting bagi kesehatan itik. Terlebih lagi, kotoran itik mengandung amonia. Amonia harus segera hilang terbawa udara agar tidak ampai terhisap oleh itik, sehingga itik selalu segar. Ventilasi akan mempengaruhi desain kandang dan bentuk atap yang dipilih. Karenanya, untuk daerah tropis seperti Indonesia, dinding tidak perlu ditutup. Dinding yang tertutup cukup berupa tembok, dinding kayu, atau bilah bambu setinggi 50-60 cm dari lantai.

2.      Kandang terlindung dari ancaman hujan dan angin yang datang dengan kencang. Hal ini yang mempengaruhi bentuk atap kandang itik, yakni memanjang dengan salah satu sisinya agak rendah (landai).

3.      Kandang tidak boleh becek. Artinya, lantai harus selalu kering dan bersih, jika perlu lantai diplester (disemen). Jika tidak disemen, harus dilapisi sekam padi secukupnya. Dalam hal ini peternakan harus rajin menjaga kebersihan kandang agar pakan tidak sampai tercecer atau air minum tumpah di dalam kandang yang membuat tumbuh suburnya jamur.

4.      Biasanya, tinggi kandang bagian belakang 1,5 m dan bagian depan 2,5 – 3 m. Kandang semi-intensif umumnya lebih rendah agar lebih tahan terhadap tiupan angin kencang dan pada malam hari lebih hangat. Kandang ini sebaiknya menggunakan alas litter. Meskipun demikian, sebenarnya tidak ada patokan tentang tinggi rendahnya kandang ini.


Untuk membuat kandang itik, peternak harus memiliki pengetahuan tantang bahan bangunan, cara-cara mendirikan bangunan, dan persyaratan bangunan. Lebar kandang disarankan tidak lebih dari 10 m. Sementara itu, panjangnya disesuaikan dengan jumlah itik yang ingin dipelihara, yang dibagi dalam beberapa kelompok. Pemeliharaan itik sebaiknya tidakk dalam kelompok besar. Itik sebanyak 50 ekor per kelompok lebih baik daripada 100 ekor atau lebih per kelompoknya.



PENUTUP


Kesimpulan

            Dari pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Ada beberapa tujuan yang dicapai dari beternak itik, diantaranya yaitu ntuk menghasilkan uang, hanya   sekedar mengisi waktu luang, dan untuk memanfaatkan tanah yang tidak terpakai. Apapun tujuannya, agar mampu menghasilkan keuntungan secara langgeng, perlu adanya perencanaan yang baik sebelum mulai beternak.

Jalur pemasaran telur itik diantaranya yaitu melalui pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang   eceran. Tidak harus terpaku dengan 1 jalur, bisa juga menggunakan kombinasi dari ketiga atau kedua jalur tersebut. Sebelum menentukannya, juga bisa melakukan riset pasar dahulu.

Ada dua macam itik yang dapat dipilih untuk diternakkan, yaitu itik Indonesia utau Indian  Runner dan itik Khaki Camphell. Namun, pemilihan itik yang akan dipelihara harus juga benar-benar berdasarkan hasil pantauan dari selera konsumen di pasar.

Ada beberapa langkah aplikatif untuk menentukan jumlah itik yang akan dipelihara.

Lokasi untuk peternakan itik sebaiknya harus jauh dari keramaian, ada jalur transportasi dan sangat baik bila komunikasi juga lancar, dekat dengan sumber bahan baku, mudah untuk memperoleh air, tidak dekat lembah, dan sebisa mungkin tidak berbukit.

Kandang yang baik untuk beternak itik adalah kandang yang ada ventilasinya, kandang terlindung dari ancaman hujan dan angin yang datang dengan kencang, kandang tidak boleh becek, dan biasanya, tinggi kandang bagian belakang 1,5 m dan bagian depan 2,5 – 3 m.



DAFTAR PUSTAKA


Marhijanto, Bambang. 1993. 8 Langkah Beternak Itik yang Berhasil. Surabaya: Arkola.


Rasyaf, M. 1993. Beternak Itik Komersial. Yogyakarta: Kanisius.


Redaksi AgroMedia. 2003. Beternak Itik tanpa Air Pengalaman Praktisi di Tegal & Cirebon. Tangerang: PT AgroMedia Pustaka


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url